Selasa, 31 Mei 2011

Sebuah Panggilan Untuk Cinta

Jumat sore, 17 juni 2005. wajah wanita itu masih menyisakan kesedihan. tiga hari sebelumnya, suaminya meninggal. Namun ia berusaha untuk tetap bertutur, meski sesekali tiada kata yang dapat diucapkan. Kesunyian panjang menggantikannya. Pada majalah Tarbawi, wanita itu bercerita tentang kenangganya bersama almarhum suaminya.

"Nama saya Sumarni" tuturnya, "orang lebih biasa memanggilnya ' Ni '. Tapi kata Abi enggak enak kalau memanggilnya ' Ni '. Sejak menikah Abi panggil saya Nai. Awalnya saya heran, kok memanggilnya nai. sewaktu tau alasannya, saya jadi tertawa."

Tertawa ? Tentu bukan tertawa yang bermakna menghina. Wanita itu tertawa sebagai ekspresi bahagia. Wanita itu adalah isteri almarhum ustadz Rahmat Abdullah. dari penuturannya kita tengah memotret sisi paling sederhana dalam hidup mereka. kita belajar bagaimana hubungan suami isteri dikelola, salah satunya melalui panggilan yang menyenangkan dan menyentuh. Sederhana. Namun, dibalik itu terkandung energi yang mengikat cinta menjadi semakin kuat, semakin berwarna.

PANGGILAN. Sesungguhnya ia merupakan daya rekat yang mampu menciptakan hubungan yang bernuansa khusus dan istimewa. Sebuah panggilan yang menyenangkan, yang kita tujukan buat kekasih, menjadikan hubungan para kekasih tidak bernuansa mekanik. Ia menjadi pohon rindang ditengah terik kemarau yang menyejukkan bagi para pejalan kehidupan.

Benarkah panggilan khusus yang kita berikan kepada kekasih diperlukan ? Iya. ia merupakan ekspresi cinta yang paling sederhana , tapi juga yang paling banyak diabaikan. Banyak orang yang menganggapnya tidak penting. Mungkin karena sungkan, malu, merasa lucu,atau perasaan-perasaan lainnya yang terus diikuti. Padahal setiap mereka yang bersanding cinta selalu merasa lebih tentram jika diistimewakan oleh kekasihnya. Dan cemburu lahir dari persoalan pengistimewan ini. Ketika seseorang telah dianggap telah membagi keistimewaan yang awalnya diberikan kepadanya, saat itulah cinta mulai disulut cemburu.

Aisyah sangat menyadari bahwa dihadapan isteri-isteri nabi lainnya, dialah yang paling diistimewakan. Namun ketika Rasulullah selalu menyebut-nyebut nama Khadijah yang telah lama meninggal, ia pun merasa bahwa keistimewaan yang diberikan kepadanya bukan yang paling istimewa. itulah sebabnya ia sangat cemburu pada Khadijah meskipun wanita itu sudah lama meninggal.

Nama panggilan adalah ekspresi cinta kita, untuk memberikan yang serba istimewa kepada kekasih kita, isteri kita. Kita ingin memberikan sebutan yang tidak pernah diberikan oleh orang lain. Ia otoritas kita, dan tidak akan disebutkan orang lain. Mungkin kekasih kita tidak mengungkapkan secara verbal bahwa ia ingin diistimewakan, Namun sesungguhnya setiap kekasih memiliki kebutuhan yang sama. Kebutuhan untuk diistimewakan dihadapan kekasihnya melebihi yang diberikan kepada orang lain. Memberikaan keistimewaan berupa nama panggilan khusus merupakan wujud perhatian yang kita berikan kepada kekasih kita. disinilah inti interaksi kita dalam keluarga; perhatian kita yang tulus yang diberikan kepada kekasih kita.

Nama panggilan yang istimewa merupakan tanda kehangatan dalam berinteraksi. ia juga melukiskan hubungan yang akrab, dekat, dan tidak dibalut dengan formalitas dan kekakuan. Rasakanlah Nuansa yang berbeda, dan amatlah dengan seksama respon yang diberikan kekasih kita. Nama panggilan ternyata tidak sebuah sekedar sebutan sebutan. ia menjadi peneguh hubungan-hubungan cinta kita.

Mungkin ia akan terganjal oleh kekakuan dan kesungkanan diawal perjumpaan, ketika kita baru saja memasuki gerbang pernikahan. Seorang Ustadz pernah berinteraksi kepada saya bagaimana ia menghadapi saat-saat awal berinteraksi dengan isterinya. Kaku dan sangat formal. " Pada awal pernikahan kami, saya menyebut isteri saya dengan sebutan 'mbak'. Sahabat saya yang lain mengalami situasi yang tidak jauh berbeda. Setiap kali memanggil isterinya ia selalu menggunakan kata-kata ' ukhti '.

Kita semestinya memberikan inisiatif untuk menciptakan-menciptakan hubungan yang cair dan akrab. sebab interaksi dengan isteri kita tak ubahnya sebuah cermin. Apa yang kita berikan kepada kekasih kita, begitu pulalah ia akan balik merespon.Ketika kita menciptakan situasi formal, maka ia akan cenderung mengikuti pola kita. Namun jika kita memberikan nuansa hubungan yang hangat, mungkin ia malah memberikan yang lebih dari sekadar yang kita berikan.

Rasulullah sering memanggil Aisyah dengan sebutan 'wahai humaaira" Ibnul Atsiir berkata,"Al Humairaa adalah bentuk tashghiir dari kata Al- hamraa yang berarti al-Baidhaa' atau wanita yang putih. Adz Dzahabi, seperti ditulis muhammad Asy- Syarif dalam An-Nabi saw. Ma'a Zaujaatihi, mengatakan bahwa dalam perbendaraan penduduk Hijaz, al-hamraa artinya wanita putih yang kemerah-merahan. dan yang seperti itu jarang terdapat dikalangan mereka. begitulah Rasulullah mewarnai kehidupan keluarganya. beliau ingin memberikan perhatian dan pengistimewaan lebih terhaap Aisyah.

Haji Agus Salim menyebut isterinya Zainatun Nahar, dengan sapaan maatje sayang. terkadang beliau menggunakan kata dinda untuk sapaan akrab kepada isterinya.Bung Tomo menyapa akrab isterinya, Sulistina, dengan Tina sayang atau Dik Tieng. bung Hatta yang dikenal sangat disiplin dan kaku,ternyata memanggil isterinya, Rachmi Rachim, dengan Yuke

Sepotong cerita pernah dituturkan Rosihan Anwar dalam In Memoriam-nya 19 desember 1948. Yogjakarta diduduki belanda melalui jalan agres imiliter. Soekarno Hatta dibuang ke pulau Bangka 11 Januari 1949. Bung Hatta dipuncak kerinduan terhadap isterinya. Saat itulah ia menulis surat kepada isterinya. " Kak Hatta merasa lega menerima surat dari Yuke dan dari semulanya juga sudah yakin kalau Yuke akan sabar dan tahan uji. Tawakal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, itulah kekuatan kita. mudah-mudahan Meutia ( Waktu itu Meutia baru berusia 22 bulan. dan kemarin Meutia duduk dalam kabinet pemerintahan SBY ) telah tenang kembali. Keadaan lingkungan besar pemgaruhnya pada anak kecil sebab itu usahakanlah supaya disekelilingnya tetap ada cahaya gembira yang juga akan menyinari jiwanya."

Begitulah kebutuhan jiwa untuk memperhatikan kekasih. Ia tidak diminta. ia idak selalu diungkapkan melalui kata, tapi jelas ia terbahasakan. sebuah sapaan akrab yang diberikan kepaa sang kekasih menjawab sebagian kebutuhan jiwanya.


Selamat memikirkan sebuah nama istimewa


Dikutip dari buku : Segenggam Rindu Untuk Isteriku
Karangan: Dwi Budiyanto