Jumat, 27 Mei 2011

Salah Menilai

Siang itu keadaan toko tempatku bekerja sangatlah ramai. sampai-sampai aku tak sempat membuka beranda untuk melihat pemberitahuan yang masuk. pembeli datang silih berganti tiada henti. ditengah suasana itu, datanglah seorang ibu paruh baya yang menggendong bayi. ibu itu berdiri kira-kira 5 meter dari tempatku sambil memandangiku. posisi tangan ibu itu sepertinya menunjukkan posisi meminta , tapi berbeda dari kebiasaan yang dilakukan para (maaf) pengemis pakaian yang dikenakanya juga tidak jelek. aku bertanya pada beliau bahwa ada perlu apa. tapi ibu itu tidak menjawab. lalu aku mengulangi pertanyaanku dan ibu itu kembali tidak menjawab dan hanya diam. akhirnya aku menanyakan ke bos ku, mungkin beliau tahu ada perlu apa ibu itu. ternyata bos ku juga tidak tahu. kami akhirnya bertanya ke salah satu pembeli kalau-kalau ibu itu adalah isterinya. karena yang ditanya hanya diam kami akhirnya berpikir kalau ibu itu memang isterinya daripada berpikir kalau beliau adalah seorang (maaf) pengemis


Mungkin saudara-saudara heran melihat sikapku itu. aku melakukan itu karena tak ingin mengulangi pengalaman yang sangat memalukan. beberapa bulan sebelum kejadian ini, ada seorang kakek-kakek yang datang menuju kearahku dengan berjalan pelan-pelan. cara berjalan dan berpakaianya sangat (maaf) mirip pengemis. karena keadaan toko sangat ramai dan aku belum hafal semua barang dagangan yang jumlahnya kurang lebih sepuluh ribu item, aku gugup dan buru-buru mengambil uang koin untuk kukasihkan ke kakek tersebut. waktu aku mengulurkanya, kakek itu malah mengulurkan uang sepuluh ribu dan bilang mau beli sebuah barang (aku lupa namanya). betapa malunya diriku saat itu. aku mencoba menahan sekuat mungkin untuk tidak tertawa. dan setelah kakek itu pergi, aku langsung berlari ke belakang dan tertawa sendiri sepuasnya. bosku juga ikut menertawaiku.

anehnya kejadian seperti itu hampir terulang beberapa bulan kemudian. kali ini bukan seorang kakek-kakek melainkan seorang ibu-ibu. untungnya sebelum aku mengulurkan uang koin ibu itu lebih dulu mengulurkan uangnya. untuk menutupi rasa maluku aku segera memasukkan uang koin yang hendak kukasihkan ke sebuah kotak amal. asal saudara-saudara ketahui, bahwa banyak pengemis yang tiap hari datang ke toko tempatku bekerja.

Kembali ke ibu yang bersama seorang bayi tadi. beliau masih berdiri di depan toko. anehnya, saat salah satu pembeli yang tadi kuanggap sebagai suami ibu itu selesai keperluannya, beliau tidak pulang bersama ibu itu tapi sendirian. tiba-tiba perasaanku langsung tidak enak. aku baru tahu kalau ibu itu sebenarnya bukan isteri pembeli yang tadi. tetapi memang seorang (maaf) pengemis. lalu aku berniat mengambil uang tapi ibu itu terlanjur pergi bessama bayinya sambil memandangiku dengan pandangan yang aneh. hatiku langsung menangis memikirkan ibu itu. mungkin beliau butuh uang untuk membelikan susu buat bayi yang diajaknya. sampai sekarang aku masih ingat jelas bagaimana tatapan mata ibu itu terhadapku.


saudaraku, dalam kehidupan ini mungkin kita sering salah dalam menilai sesuatu. selain berakibat memalukan seperti yang telah saya alami seperti cerita di atas, salah menilai kadang juga memunculkan sebuah kepedihan. menurut saya, yang paling memilukan adalah saat kita menilai bahwa seseorang adalah jodoh kita dan kita memang sangat mengharapkanya, tapi kenyataan yang ada tidak sesuai harapan. banyak yang tidak sanggup menerima kenyataan ketika dihadapkan pada hal tersebut. ada yang bunuh stress, depresi, bahkan sampai bunuh diri. para aktifis islam yang sekilas seperti malaikat di mata masyarakat juga tidak jarang mengalami hal tersebut meski tindakan yang dilakukanya tidak separah orang biasa.

mungkin syair lagunya bang Rhoma yang selama ini saya anggap lebay ada benarnya juga

sejuta siksa sanggup kutahankan
asal jangan cinta yang dipermainkan
sekujur tubuh boleh disakiti
asal jangan cintaku yang dihianati

tak kan kuteteskan butir air mata
kecuali untuk cinta

( Derita diatas derita, Rhoma Irama )

Saudaraku
patah hati bukanlah akhir dari segalanya. mungkin masih banyak yang membutuhkan kita, dari mulai keluarga, tetangga dan teman-teman kita termasuk teman FB. saya kira selain faktor dari diri kita yang mungkin pada dasarnya memang melo, ada juga faktor eksternal yang juga mepengaruhi. apalagi kalau bukan hiburan yang sering kita nikmati, antara lain film, novel, lagu yang kita sukai. semua itu sedikit banyak juga ikut mempengaruhi pola pikir kita. terutama Drama Asia

kita harus dapat menyeleksi mana yang boleh kita tiru dan mana yang harus kita buang. kalau saya biasanya menyerap percakapanya karena film luar biasanya mempunyai percakapan yang jauh lebih bagus dibandingkan film lokal. selain itu kata-katanya juga dapat dijadikan refrensi kalau kita sudah mempunyai pasangan hidup.

Jangan sampai kita meniru kisah Romeo & Juliet yang mengakhiri hidupnya karena cinta sesama makhluk. kita juga jangan meniru Qais yang menjadi gila karena cintanya tidak direrestui ibu Laila (kisah Laila Majnun)

aku selalu terkesan setiap ingat ending film Bodyguard From Beijing meskipun sudah menontonya berulang-ulang kurang lebih sepuluh kali. yang membuatku terkesan adalah ketika Alan ( pemeran pria ) tidak menunjukkan ekspresi kesedihan sedikitpun dan bersikap dingin saat berpisah dengan Michelle ( pemeran wanita ), wanita yang menyatakan cinta padanya. sayangnya ia tak dapat menerima karena prinsipnya. meskipun sebenarnya ia juga mencintainya. Bahkan ia menasehati kekasih michellle agar menyediakan lebih banyak waktu untuk michelle. sebelum mengenalnya, michelle memang sudah punya kekasih pengusaha yang sangat kaya.

Saudaraku
kita pasti sudah faham kalau cinta terhadap lawan jenis sebelum pernikahan adalah cinta yang semu
unuk apa kita agung-agungkan ?

Jika memang ia bukan jodoh kita, berdoalah agar kita diberi Allah jodoh yang lebih baik dari ia, dan ia dipertemukan dengan jodoh yang lebih baik dari kita

Mungkin kita memang belum pantas mendapat yang seperti ia
atau mungkin Allah sudah menyediakan yang lebih baik dari ia

klise memang, namun begitulah adanya