Rabu, 25 Juli 2012

Sekilas Tentang Novel Arus balik

Novel Arus balik pertama kali terbit tahun 1995. Tahun 1995 seringkali disebut sebagai tahun polemik Pramoedya Ananta Toer. Ada tiga penyebabnya Pertama : Terbit buku Prahara Budaya yang mengingatkan kembali masyarakat bagaimana aksi-aksi PKI/Lekra dalam memberangus kebebasan berkarya dan berekspresi Kedua : Polemik pemberian hadiah Magsasay kepada Pram dari pemerintah Filipina. Menanggapi pemberian hadiah ini, sekitar dua puluh enam sastrawan/budayawan papan atas Indonesia mendatangani sepucuk surat pernyataan kepada Yayasan Ramon Magsasay. Mereka menyatakan bahwa penghargaan Magsasay terhadap Pramoedya Ananta toer adalah sebuah komedi yang ditandai dengan pencampuradukan kesalahpahaman dan penyerdehanaan atas sejarah. Menurut mereka Pram tidak pernah menyesali dosa-dosanya di masa lalu saat masih menjadi pemuka Lekra. Sastrawan yang paling agresif menggalang tanda tangan penolakan hadiah Magsasay untuk Pram adalah Taufik Ismail dan Muchtar Lubis. Bahkan Muchtar Lubis mengancam akan mengembalikan hadiah yang pernah diterimanya meski dengan mencicil jika penghargaan Magsasay jatuh ke tangan Pram Sederet nama lain yang turut menandatangani penolakan ini diantaranya : HB. Jassin, Ali Hasjimi, Wiratmo Soekito, Asrul Sani, Bokor Hutasuhut, DS Moeljanto, WS Rendra, Leon Agusta, Misbach Jusa Biran, Amak Baljun, Chairul Umam, Mochtar pabotinggi, Adul Rahman Shaleh, Lukman Ali, Danarto, Rahmat Djoko Pardopo, Ikranegara, slamet Sukrinanto, Syu’bah Asa, serta SM Ardan. Tak hanya itu, sastrawan Filipina F Sionil Jose menuduh yayasan Magsasay salah memilih orang. “Bukti Tirani Pram Terdokumentasi” tegasnya Goenawan Muhammad yang juga termasuk salah satu penandatangan Manifes Kebudayaan tidak ikut mengeroyok Pram dengan alasan bahwa Pram dalam keadaan yang tidak bebas sehingga tidak bisa membela diri. Ditengah sengketa Posisi Pram itu, muncul kekuatan lain yang mendukung Pram menerima penghargaan Ramon Magsasay. Mereka yang datang dari pelbagai lapisan sastrawan/budayawan muda itu memberi titel : “Pernyataan kaum Muda untuk Kebudayaan”. Pernyataan itu ditandatangani antara lain Ariel Heryanto, Arif Budiman, Acep Zamzam Noor, Isti Nugroho, Halim HD, Sitik Srengenge, Tommy F Awuy, Wiji Tukul, Hilman Farid, Mudji Sutrisno, dsb. mereka menyatakan bahwa pernyataan penolakan itu bukan sikap keseluruhan masyarakat Indonesia. Alasan mereka sampai saat ini belum ada forum terbuka dan adil yang menjelaskan kontroversi peran Pram dalam kehidupan sastra budaya. Selain nama-nama diatas, sastrawan/budayawan yang juga mendukung Pram diantaranya : Arief Budiman, Remy Silado, Umar kayam dan Gus Dur Ketiga : Novel Arus Balik Terbit dan langsung diganjar larangan rezim orde Baru Banyak pendapat yang mengatakan kalau Arus Balik adalah karya terbesar Pram melebihi Tetralogi Pulau Buru yang sudah diterjemahkan ke seluruh penjuru dunia kecuali benua Afrika dan kawasan Timur Tengah. Arus Balik juga sering disebut sebagai literatur maritim Nusantara pada awal abad 16. Paska runtuhnya Majapahit, ada empat kekuatan besar yang bercokol di pulau Jawa. Pajajaran, Blambangan, Demak dan kadipaten Tuban. Meski cuma sebuah Kadipaten, Tuban masih mewarisi sisa-sisa kekuatan Majapahit terutama pasukan gajahnya. Jika ditinjau dari kultur sosial dan agama, Pajajaran dan Blambangan bercorak Hindu, Tuban bercorak semi Islam dan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Situasi mulai agak memanas ketika Pangeran Unus dari Demak dalam satu serangan berhasil menguasai Jepara yang termasuk wilayah Kadipaten Tuban tanpa melalui perang resmi. Hai itu tentu saja membuat Adipati Arya Teja Wilwaltika selaku penguasa Tuban geram. Tapi Adipati Tuban tidak serta merta terprovokasi karena dia lebih mencintai perdagangan dan menganggap peperangan hanya akan membawa kemunduran ekonomi. Bahkan Adipati Tuban mengangganti Syah Bandar Rangga Ishaq dengan Syahbandar baru bernama Sayyid Habibullah Al Masawwa dengan tujuan untuk menjalin perdagangan dengan Peranggi (baca : Portugis) yang pada tahun 1512 merebut Malaka dari Sultan Mahmud Syah. Adipati Tuban seakan tak peduli dan menutup telinga oleh peringatan utusan dari Malaka yang mengabarkan bahwa Sayyid Habibullah Al masawwa adalah orang berbahaya karena berkat penghianatanya pasukan Peranggi dibawah pimpinan Alfonso de Albur qur que dengan mudah menduduki Malaka. Keputusan Adipati Tuban tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa untuk menjalin persahabatan dengan peranggi, Tuban harus memiliki Syahbandar yang menguasai Bahasa Peranggi. Dibawah pemerintahan Adipati Unus Jepara berubah menjadi kekuatan armada laut yang kuat. Perairan Jepara dipenuhi kapal perang dan para pandai besi dari negeri Blambangan didatangkan untuk membuat Cetbang[i]. Rupanya sejak awal niat Adipati Unus menduduki Jepara adalah untuk membangun angkatan laut yang kuat dan menggunakanya untuk menyerang Peranggi di Malaka. Adipati Unus juga membangun persekutuan dengan beberapa kekuatan untuk memuluskan rencananya, antara lain Demak, Tuban, Aceh, Jambi dan Riau Tokoh utama dalam novel ini adalah Wiranggaleng. Seorang petani dari desa Awis Krambil sekaligus juara gulat kadipaten Tuban. Awalnya Galeng hanyalah seorang pemuda yang bercita-cita untuk hidup bahagia bersama Idayu dengan membuka ladang di tengah hutan. Tetapi suratan takdir membuatnya terjebak ke dalam suhu politik kadipaten Tuban dengan diangkatnya dia sebagai asisten Syahbandar Tuban Sayyid Habibullah Al Masawwa. Kesempatan ini dipergunakan Wiranggaleng untuk berjuang mewujudkan wasiat Rama Cluring selaku gurunya, yaitu membalikkan arus pelayaran sehingga kapal-kapal Nusantara mampu mewarnai wilayah negeri atas angin di belahan utara seperti yang pernah dilakukan oleh Gajah Mada. Paska runtuhnya Majapahit arus pelayaran memang mengalami perubahan dari utara menuju selatan. Malangnya, selain munafiq Sayyid Habibullah Al Masawwa ternyata juga seorang binatang. Dia sengaja mengirim Wiranggaleng untuk melaksanakan tugas keluar wilayah Tuban agar dapat melepaskan hasrat birahinya terhadap Idayu isteri Wiranggaleng. Hingga membuat Idayu hamil. Pada tahun 1513 pasukan gabungan yang dipimpin Adipati Unus menyerang Peranggi di malaka. Beberapa kekuatan yang terlibat dalam penyerangan itu antara lain Demak, Jepara, Riau, Jambi, Aceh. Tuban yang awalnya menyatakan ikut terlambat lima hari sehingga tidak terlibat pertempuran di Malaka. Pasukan gabungan itu ternyata tidak mampu menghadapi meriam Peranggi yang kekuatanya lebih dahsyat daripada cetbang Majapahit. Mereka pulang membawa kekalahan dan Adipati Unus sendiri terluka parah. Di novel ini sebab-sebab kegagalan pasukan Adipati Unus saat menyerang malaka diuraikan Pram lebih lengkap daripada penjelasan di pelajaran sekolah selama ini. Sebab-sebab itu antara lain : - keterlambatan pasukan Tuban yang disengaja. Hal ini kemungkinan disebabkan dendam Adipati Tuban kepada Adipati Unus karena sebelumnya telah merebut Jepara. Penghianatan Adipati Tuban tentu saja membuat Sunan Kalijaga sebagai anaknya malu dan terpukul sehingga bersumpah tidak akan menginjakkan kaki di Tuban. - Pasukan Aceh yang dipimpin Kantommana tidak mematuhi instruksi Adipati Unus. Setelah kekalahan pasukan gabungan itu di Bandar Banten banyak yang mengatakan bahwa Aceh punya maksud buat menggagahi malaka buat dirinya sendiri -Pandai Besi dari Blambangan kurang maksimal dalam membuat Cetbang Wiranggaleng berpendapat bahwa pasukan gabungan ini tidak selayaknya kalah. Kegagalan ini nyatanya tidak membuat Adipati Unus Jepara menyerah. Bahkan beliau membangun Armada laut lebih besar dari yang pertama untuk melakukan penyerangan kedua kalinya. Tahun 1518 Sultan Fattah wafat dan Adipati Unus Jepara dinobatkan menjadi sultan Demak menggantikan ayahnya. Pada hari ia naik tahta, Adipati Unus memanggil semua musafir Demak untuk menyampaikan amanat sebelum mereka menuju ke daerah tugasnya masing-masing. Isi amanat tersebut diantaranya - Sultan Demak kedua berseru pada seluruh penduduk di Jawa untuk melawan Peranggi sebagai musuh yang takkan diajak berbaik. -Sultan Demak berseru pada raja-raja di Jawa dan seluruh Nusantara untuk bersekutu dalam pembiayaan dan usaha guna membangunkan armada gabungan yang perkasa. - Sultan Demak kedua berseru agar para raja menentang setiap kekuasaan yang mencoba bersahabat dengan Peranggi dan agar mereka pun dianggap sebagai sekutu musuh dan harus dihancurkan juga. para musafir Demak terkejut karena semua Amanat dari Sultan kedua Demak tidak ada yang berhubungan dengan agama. Seruan itu begitu jantan hingga orang tak pernah mengingat lagi bahwa Sultan Demak kedua adalah seorang yang cacat. Bahkan untuk tegak berdiri harus dengan bantuan, dan tidak mungkin lagi menjadi Laksamana. Titah yang kemudian menyusul lebih menggoncangkan lagi. Segala dana dan daya di dalam kerajaaan Demak, tanpa kecuali, harus dikerahkan untuk membangun Armada. Pelabuhan Jepara dititahkan jadi pusat galangan kapal yang paling sibuk dan paling besar di seluruh belahan Bumi selatan. Kerajaan Hindu Giri Dahana Putra Blambangan dan Pajajaran mencium datangnya bahaya ini. Dengan serta merta mereka berusaha lebih giat untuk mendapatkan persahabatan Peranggi di Malaka Titah Sultan Demak kedua ini bergema juga di Aceh melalui Bandar Pasai. Dari pasai sampai pada Peranggi di Malaka. Pengalaman telah mengajarkan kepada Peranggi, dulu saat Adipati Unus belum punya kerajaan telah berani jadi penantangnya yang sangat berbahaya. Apalagi setelah menjadi Sultan Demak.. bagi Peranggi, Demak yang sekarang terlalu berbahaya. Makanya Peranggi memerintahkan kapal-kapalnya untuk menjauhi pesisir Pulau jawa dan tidak terlalu menggubris persahabatan yang diulurkan Pajajaran dan Blambangan. Pajajaran dan Blambangan hanya dimanfaatkan untuk memantau kegiatan Demak. Akibat titah kedua ini kegiatan pelayaran Pribumi kembali normal. Perairan Jawa telah bebas dari kapal-kapal Peranggi. Beberapa pedagang Pribumi bahkan telah melakukan percobaan pelayaran ke Maluku dalam bentuk armada dagang gabungan dengan mengibarkan Bendera kupu Tarung lambang bendera Jepara. Dengan cara ini mereka berhasil mendapatkan rempah-rempah dari Maluku. Armada gabungan lainya meniru dengan menggunakan cara ini. Seperti ditiup angin dari langit Teluk bayur menjadi Bandar ramai yang menghubungkan atas angin dengan Nusantara. Para pelaut seluruh Nuantara sepakat mengakui kalau Unus berlidah Api. Baru melalui kata-kata saja laut Nusantara menjadi normal kembali apalagi nanti tindakanya Pada tahun Tahun 1521 di Demak terjadi perubahan yang cepat dan telah merubah segalanya. Sultan Demak kedua wafat akibat serpihan laras cetbang di tubuhnya. Raja-raja Nusantara ikut berkabung. Lebih-lebih para saudagar dan pemilik kapal. Di Malaka yang terjadi justru sebaliknya. Wafatnya Unus disambut peranggi dengan sorak berderai. Di darat dan laut anggur dibagikan secara melimpah untuk merayakan kematianya. Armada Peranggi akan dapat menjelajahi lautan Nusantara tanpa kekuatiran karena satu-satunya penantang telah mati . Ramalan tentang siapa yang akan menjadi raja Demak berikutnya sempat ramai beredar. Ketegangan merambati seluruh Demak tanpa kepastian karena pewaris tahta Demak sudah pasti juga akan mewarisi Armada laut di Jepara peninggalan Unus. Tafsiran dan ramalan kemudian padam karena sultan Demak yang ketiga telah dinobatkan. Orang agak kecewa dengan kenyataan itu, namun itulah kenyataanya. Sultan Demak ketiga adalah Trenggono, adik Unus. mendengar penobatan Trenggono, Peranggi langsung berpesta, dalam sekejap mereka menguasai Pasai. Di mata Peranggi Trenggono bukanlah ancaman serius. Apalagi dia dapat naik tahta hanya dengan melalui mayat abang kandungnya sendiri, Pangeran Seda Lepen. Abangnya ini yang akan dinobatkan oleh majelis kerajaan. Tetapi Sunan Kalijaga menjagokan Trenggono. Anggur diedarkan, bertong-tong ditumpahkan untuk membasahi tenggorokan Peranggi yang haus dan tidak haus. Anggur terbaik dari Prancis dan Aljazair Setelah pengangkatan Trenggono, Ratu Aisah memutuskan menetap di Jepara karena tidak menemui kata sepakat dengan putranya yang kini menjadi sultan Demak .Trenggono nampaknya tidak ada niat untuk menyerang Peranggi, sedang Ratu Aisah tetap pada pendirianya untuk meneruskan cita-cita Unus. Pada tahun 1925 penyerangan terhadap Peranggi di Malaka kembali dilakukan, penyerangan ini merupakan hasil kesepakatan persekutuan rahasia yang didalangi Ratu aisah, Aji Usup dan Liem Mo Han. Trenggono juga berubah pikiran dan menyatakan ikut dalam penyerangan ini dengan Panglima Barunya Fatahillah. Fatahillah adalah mantan Panglima pasai yang merupakan cucu Bhre Paramesywara, pendiri Malaka. Perubahan ini kemungkinan besar disebabkan untuk mengindari perpecahan antara pasukan laut Jepara dan pasukan kuda yang selama ini ditimang-timang dan dianak emaskan Trenggono. Beberapa Kekuatan yang terlibat dalam rencana penyerangan kedua ini adalah Jepara, Demak, Tuban, Bugis, Aceh. Pada penyerangan ke Malaka kali ini Adipati Tuban memang sungguh-sungguh mengirimkan pasukanya ke malaka dengan Wiranggaleng sebagai pemimpinya. Tapi niat sebenarnya Adipati Tuban bukanlah menyerang Peranggi melainkan untuk membinasakan Wiranggaleng. Hal ini terlihat dengan tidak adanya meriam pada kapal yang telah dipersiapkan untuk pasukan Tuban. Kapal yang dikasih Adipati pun bukanlah kapal perang melainkan kapal Jung. Jika pada tahun 1513 pasukan Tuban menghianati Jepara-Demak, pada penyerangan kedua Justru armada Jepara-Demak yang berkhianat dengan kembali diam-diam ke Jepara setelah sampai di perairan Banten. Fatahillah tidak menyadari jika penghianatan ini telah dilihat armada Tuban. Sedangkan pasukan laut Jepara terheran-heran dan bertanya satu sama lain apa yang sesungguhnya terjadi. Rupanya mereka belum mengetahui niat tersembunyi Trengono dan Fatahillah. Begitu sudah ada kepastian pasukan gabungan Tuban-Aceh-Bugis menyerang bagian peluaran kota Malaka, Trenggono memerintahkan pasukan kuda kesayanganya untuk menyerang daerah-daerah di sebelah timur Demak. Santenan[ii] jatuh. Menyusul Blora dan Rembang. Pada hari Trenggono menyerang ke wilayah timur negerinya, Armada Jepara-Demak dengan kekuatan tujuh puluh kapal perang besar meningalkan Jepara dan menerjang bandar Banten dan Sunda Kelapa. Pasukan Pajajaran tidak dapat mempertahankan wilayahnya mengingat kekuatan kedua belah pihak memang tidak seimbang. Mereka memilih lari ke pedalaman. Fatahillah tidak memerintahkan pasukanya untuk mengejar karena semua Bandar milik Pajajaran sudah ia kuasai. Baginya sebuah negeri tidak akan bisa hidup tanpa memiliki Bandar dan pasti akan mati dengan sendirinya. Selain melenyapkan kerajaan pajajaran, armada Jepara-Demak pimpinan Fatahillah juga berhasil menghalau Peranggi dari Sunda Kelapa dan merubah namanya menjadi Jayakarta. Di masa sekarang, peristiwa ini setiap tahunnya diperingati sebagai hari Jadi kota Jakarta. saat membaca novel Arus Balik, para pembaca akan takjub akan kelihaian Pram dalam menggambarkan setting awal abad enam belas. Pembaca akan seperti menonton sebuah film. Terutama pada bagian pertempuran antara pasukan Tuban melawan pasukan Sunan Rajeg, mantan syahbandar Tuban. Pram melukiskan jalannya pertempuran ini dengan sangat detail. Pram sampai menguraikan strategi perang raja-raja Jawa, strategi perang ala Eropa dan strategi perang pasukan gajah kadipaten Tuban. Pram menyebut teknik ini dengan nama tulisan Plastis. Tulisan yang apabila dibaca akan muncul gambaran seperti film di benak pembaca. Pram mengaku belajar teknik seperti ini dari karya-karya Steinbeck. Sedangkan untuk membuat tulisan yang dapat meninbulkan rasa haru, Pram belajar dari sastrawan Amerika latin Willian Sarroyan. Melalui novel ini Pram sengaja menyindir pemerintah Indonesia yang menyebut Indonesia sebagai Negara maritim tetapi lebih mementingkan angkatan Darat daripada angkatan laut. Padahal sejarah mengatakan bahwa untuk menguasai dunia sebuah negeri harus mempunyai angkatan laut yang kuat. Sriwijaya, Singasari dan Majapahit telah membuktikanya. Pram mengungkapkan bahwa pemerintah tidak pernah belajar dari fakta sejarah. Saat Indonesia masih bernama Hindia belanda yang berkuasa juga angkatan darat. Ketika tahun 1812 diserang angkatan laut Inggris hanya dalam waktu dua hari angkatan darat Hindia Belanda angkat tangan. kerja paksa pembangunan jalan Anyer-Panarukan yang banyak memakan jiwa rakyat pribumi seakan sia-sia karena sebelumnya tujuan Deandels membangun jalan ini adalah untuk membentengi pulau Jawa dari serbuan Inggris. kejadian seperti ini terulang di tahun 1942 ketika Hindia Belanda dalam waktu dua hari juga menyerah saat diserang angkatan laut Jepang. Padahal saat itu angkatan darat Hindia Belanda telah menghasilkan sekian banyak Jendral Bintang Lima. Setelah membaca karya-karya Pram banyak pembaca yang meyakini bahwa faktor utama penyebab kekalahan bangsa Jawa dari Bangsa kulit putih bukanlah politik adu domba yang dilancarkan Belanda sebagaimana yang diajarkan di sekolah-sekolah melainkan karena kelemahan budaya yang diantara lantaran keserakahan dan ketamakan raja-rajanya sendiri. Pram berpendapat bahwa masalah kebudayaan Jawa yang demikian itu sedikit banyak dipengaruhi oleh kisah Mahabarata yang puncak ajaranya merupakan pertentangan antar sesama saudara sendiri. Selain ketamakan raja-rajanya, lemah dalam memegang prinsip juga menjadi salah satu kelemahan budaya bangsa Jawa. itu terlihat dengan sangat sedikitnya raja-raja Jawa yang mati karena memegang prinsip. Menurut Pram Bangsa Jawa sangat merindukan pemimpin seperti Surapati yang tak kunjung datang. Umar kayam berpendapat bahwa Nusantara kalah oleh Eropa karena idiom kebudayaan Nusantara tidak begitu canggih dibandingkan dengan kebudayaan Eropa. Menurut Van Leur, kerajaan-kerajaan Nusantara pada waktu itu sudah menguasai teknologi senjata api dan kilang-kilang senjata api. Namun dilihat dari cara laskar Mataram memperlakukan meriam sebagai benda-benda keramat yang sakti, dapat disimpulkan bahwa mereka belum memiliki sikap rasional terhadap senjata-senjata canggih. keprihatinan Pramoedya mengenai kekalahan secara terus-menerus bangsa Jawa terhadap bangsa Eropa memang sangat beralasan karena jika ditinjau dari sejarah tulisan. Bangsa Jawa lebih unggul dari bangsa-bangsa Eropa menjelang abad ke-8. Ini disebabkan bangsa Jawa sudah dapat menulis waktu sebagian besar bangsa Eropa masih dalam keadaan buta huruf. Dalam abad itu bangsa Belanda baru berkenalan dengan agama Nasrani, baru mengenal tulisan secara samar-samar. Mereka belum lagi dapat membaca malahan mereka membunuh penyebar Injil golongan pertama yaitu Bonifacius. Di Novel Arus Balik terlihat bahwa orang-orang Islam lah yang paling gigih melakukan perlawanan terhadap bangsa kulit putih. Disaat Demak dan Jepara berusaha meghalau Portugis dari Nusantara, Pajajaran dan Blambangan justru mengulurkan persahabatan dengan Portugis. Pram juga menegaskan hal ini dalam Tetralogi buru. “Dan Islam, kataku selanjutnya, yang secara tradisional melawan penjajah sejak Eropa datang kembali ke Hindia, dan akan terus melawan selama penjajah berkuasa. Bentuknya yang paling halus menolak kerja sama, jadi pedagang. Tradisi itu patut dihidupkan, dipimpin, tidak boleh mengamuk tanpa tujuan. Tradisi sehebat dan seperkara itu adalah modal yang bisa menciptakan segala kebajikan untuk segala bangsa Hindia” (Pramoedya, Jejak Langkah, halaman 339) Harsja Wardhana Bachtiar berpendapat bahwa suatu bangsa harus mempunyai karya sastra yang mengingatkan para angotanya pada keagungan masa lampau. Kalau ditinjau dari segi ini, karya-karya Pram dapat dikatakan berhasil memenuhi pandangan tersebut karena di dalamnya kaya dengan persoalan-persoalan yang dapat menyadarkan manusia terhadap kedudukan mereka dan wawasan terhadap keunggulan dan kelemahan sejarah bangsa dari kaca mata Pramoedya. Meski sering dianggap sebagai novel sejarah paling dahsyat di Indonesia, Arus Balik bukannya tanpa kelemahan. Dalam kumpulan essaynya yang berjudul dari Jawa menuju Atceh, Linda Christanty memaparkan dua kelemahan novel arus balik. Pertama : Pram terlalu melebih-lebihkan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara. Pram lupa bahwa Majapahit yang mulai berdiri pada abad ke-13 hanya mengalami tujuh puluh tahun masa jaya. Sedangkan Sriwijaya yang menguasai samudera sejak abad ke-7 sampai awal abad -13 tidak disinggung sebagaimana mestinya. Mungkin Pram juga lupa bahwa perang laut terbesar di Asia Tenggara terjadi saat Sriwijaya mengerahkan seratus ribu tentara laut melawan Funan. mungkin kesalahan ini bisa sedikit dimaklumi karena Pram meminjam mulut pemuda desa bernama Wiranggaleng. Kedua : Pram justru bertolak dari kota pelabuhan Tuban yang tak sebanding dengan kebesaran Majapahit apalagi Sriwijaya. Novel ini seolah mengatakan bahwa seluruh perubahan iklim modal dan politik Nusantara bertumpu pada sebuah kota kadipaten. Selama ini saya sering mendengar teori bahwa kebenaran sejarah ada di tangan pihak yang berkuasa. Namun Pramoedya Ananta Toer telah membuktikan bahwa kebenaran sebuah sejarah bukanlah ditangan penguasa melainkan ada di tangan Penulis [i] Sejenis meriam pada jaman majapahit. [ii] Sekarang bernama Kabupaten Pati

Selasa, 31 Mei 2011

Puisi Aminah Qutb

Aku tidak menunggu kepulangan dan janji – janji sore
Aku tidak menunggu kereta akan kembali membawa secercah harap
Kau tinggalkan aku mengarungi hari – hari dalam kebisuan derita
Kau lihatkan bahwa rinduku untuk surga atau cinta kelangitan
Kau lihatkan bahwa janji itu untuk Allah
Sudah tibakah saatnya pemenuhannya
Kita ‘kan dijaga dalam kebaikan
Tanpa takut perpisahan dan kefanaan

Aku berlalu bagi perindu
Sebagai pemabuk yang cinta mendengarkan panggilan
Kau jumpakan di sana para kekasih
Api warna pertemuan itu
Dalam hijaunya surga, dalam firdaus dan gemuruh karunia
Di negeri kebenaran kalian berkumpul dalam damai dan perlindungan
Jika memang karena itu, selamat datang kematian tergilas dara
Akankah aku menemuimu di sana, tinggalkan negeri derita
Ya, ‘kan kutemui kau di sana
Janji yang diyakini orang – orang jujur
Kita dapatkan balasan, atas hari – hari yang kita lalui dalam derita dan cobaan

- - -

Kado Untuk Teman Cewek

Dahulu setiap kali mendapat undangan pesta walimah dari seorang teman perempuan, aku selalu bingung mau ngasih kado apa. Itu karena didaerahku sebagian orang menyumbang berupa amplop. klo menurutku sih, ngasih amplop tidaklah mengapa asal yang mengundang bukan teman dekat kita. Yang membuat aku bingung adalah klo undangan itu datang dari teman cewek yang tidak dekat denganku. Pastinya aku tak tahu apa barang yang disukainya, terus cara ngasihnya juga sangat berisiko karena rentan terjadi sentuhan antar kulit. Lain lagi kalau yang ngasih undangan seorang akhwat karena sebagaian besar dari mereka menyukai buku-buku bacaan.



Perlu anda ketahui, pesta wakimah didaerahku jarang yang menggunakan kotak untuk menaruh ampolop. Jalan satu-satunya cara untuk mengasih ya melalui bersalaman dengan si mempelai. Aku pernah mencoba mengulurkan amplop tanpa bersalaman, tapi kesan dimata masyarakat sepertinya mereka menganggapku kurang menghargai orang yang dikasih. Lalu mengapa aku sangat mempermasalahkan sentuhan kulit antar lawan jenis yang non mahram ?



Kita sebagai seorang muslim yang mencoba untuk berislam secara kaffah tentunya tahu kalau sentuhan kulit antar lawan jenis hukumnya haram. Tapi banyak masyarakat yang tak mengetahuinya karena alasan para pemuka agama yang juga menggampangkan masalah tersebut. Umumnya mereka berkilah dengan mengatakan " setelah kita berwudhlu dosa itu pasti akan dengan sendirinya terhapus ". semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka dan kita semua.



Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda " kepala salah seorang ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" ( HR. Ath.Thabarani dalam Al-kabir 20/210 dari ma"qil bin yasar Radhiyallahu" anhu ( lihat Ash. Shahihah no.226 ). dari hadist tersebut kita jadi tahu bahwa masalah itu adalah bukan masalah yang sepele. Menurut pengalaman yang saya dapatkan, justru banyak sekali masyarakat yang nengejek secara sinis orang yang mencoba mengamalkan hadist tersebut. cercaanya sangat bermacam-macam tergantung tingkat kreativitas yang mereka miliki. bahkan beberapa kerabat yang non mahram pun banyak yang bilang ke ibu saya, kalaun saya ikut aliran aneh dan ada pula yang hampir mengatakan saya itu sesat. memang benar pendapat yang mengatakan kalau mengamalkan islam secara kaffah di zaman sekarang ibarat memggenggam bara api.( saya bukan bermaksud menjiplak syair lagu pop th 90-an ).



Selain cerita-cerita duka, ada hal lucu yang pernah saya alami ketika mengamalkan hadist tersebut. Pernah suatu hari seorang perempuan yang usianya hampir sebaya dengan saya bertanya " mengapa kamu tidak mau menyentuh kulit wanita ? apakah bagimu mereka adalah makhluk yang najis ? menghadapi pertanyaan dari orang seperti itu saya tidak menjawabnya melalui dalil karena saya rasa akan kurang efektif. akhirnya saya menjawab " aku tidak mau menyentuh kulit perempuan bukan karena aku menganggap mereka najis. Bagiku perempua sangat berharga walaupun hanya kulitnya, jadinya aku tidak sampai hati untuk menyentuhnya kecuali kalau ia telah resmi menjadi milikku".setelah mendengar penjelasanku ia malah mengatakan" Seandainya semua laki-laki seperti kamu, sayang kebanyakan dari mereka seperti kucing garong. Saya lalu cepat-cepat berusaha untuk menguasai diri karena kebetulan wajah gadis itu lumayan cantik ( astaghfirullahhaladzim ).



Sebenarnya dibalik larangan tersebut tersimpan hikmah yang sangat baik bagi kita. jika anda ditanya apakah sentuhan kulit antar lawan jenis sensasinya mudah dilupakan ? jika anda menjawabnya sulit, berarti anda tahu betapa berbahayanya itu bagi kebersihan hati kita. tapi kalau anda menjawab sensasinya mudah dilupakan, berarti anda adalah orang yang patut dikasihani karena anda telah kehilangan kepekaan kulit untuk merasakan kenikmatan yang halal kalau sudah tiba waktunya. akhirnya setiap kali mendapat undangan walimah dari teman cewek yang bukan akhwat, saya memberinya kado berupa jilbab yang menutupi sampai ke dada. Bukan jilbab model helm full face ( helm cakil ) atau jilbab ala petugas SPBU. selain menghindarkan dari perbuatan dosa, hitung-hitung sebagai sarana da"wah dan perawatan kepekaan kulit kita. Semoga Allah senantiasa memberikan kita ketegaran dalam mengarungi jalan da"wah yang telah menjadi pilihan hidup kita.

Sebuah Panggilan Untuk Cinta

Jumat sore, 17 juni 2005. wajah wanita itu masih menyisakan kesedihan. tiga hari sebelumnya, suaminya meninggal. Namun ia berusaha untuk tetap bertutur, meski sesekali tiada kata yang dapat diucapkan. Kesunyian panjang menggantikannya. Pada majalah Tarbawi, wanita itu bercerita tentang kenangganya bersama almarhum suaminya.

"Nama saya Sumarni" tuturnya, "orang lebih biasa memanggilnya ' Ni '. Tapi kata Abi enggak enak kalau memanggilnya ' Ni '. Sejak menikah Abi panggil saya Nai. Awalnya saya heran, kok memanggilnya nai. sewaktu tau alasannya, saya jadi tertawa."

Tertawa ? Tentu bukan tertawa yang bermakna menghina. Wanita itu tertawa sebagai ekspresi bahagia. Wanita itu adalah isteri almarhum ustadz Rahmat Abdullah. dari penuturannya kita tengah memotret sisi paling sederhana dalam hidup mereka. kita belajar bagaimana hubungan suami isteri dikelola, salah satunya melalui panggilan yang menyenangkan dan menyentuh. Sederhana. Namun, dibalik itu terkandung energi yang mengikat cinta menjadi semakin kuat, semakin berwarna.

PANGGILAN. Sesungguhnya ia merupakan daya rekat yang mampu menciptakan hubungan yang bernuansa khusus dan istimewa. Sebuah panggilan yang menyenangkan, yang kita tujukan buat kekasih, menjadikan hubungan para kekasih tidak bernuansa mekanik. Ia menjadi pohon rindang ditengah terik kemarau yang menyejukkan bagi para pejalan kehidupan.

Benarkah panggilan khusus yang kita berikan kepada kekasih diperlukan ? Iya. ia merupakan ekspresi cinta yang paling sederhana , tapi juga yang paling banyak diabaikan. Banyak orang yang menganggapnya tidak penting. Mungkin karena sungkan, malu, merasa lucu,atau perasaan-perasaan lainnya yang terus diikuti. Padahal setiap mereka yang bersanding cinta selalu merasa lebih tentram jika diistimewakan oleh kekasihnya. Dan cemburu lahir dari persoalan pengistimewan ini. Ketika seseorang telah dianggap telah membagi keistimewaan yang awalnya diberikan kepadanya, saat itulah cinta mulai disulut cemburu.

Aisyah sangat menyadari bahwa dihadapan isteri-isteri nabi lainnya, dialah yang paling diistimewakan. Namun ketika Rasulullah selalu menyebut-nyebut nama Khadijah yang telah lama meninggal, ia pun merasa bahwa keistimewaan yang diberikan kepadanya bukan yang paling istimewa. itulah sebabnya ia sangat cemburu pada Khadijah meskipun wanita itu sudah lama meninggal.

Nama panggilan adalah ekspresi cinta kita, untuk memberikan yang serba istimewa kepada kekasih kita, isteri kita. Kita ingin memberikan sebutan yang tidak pernah diberikan oleh orang lain. Ia otoritas kita, dan tidak akan disebutkan orang lain. Mungkin kekasih kita tidak mengungkapkan secara verbal bahwa ia ingin diistimewakan, Namun sesungguhnya setiap kekasih memiliki kebutuhan yang sama. Kebutuhan untuk diistimewakan dihadapan kekasihnya melebihi yang diberikan kepada orang lain. Memberikaan keistimewaan berupa nama panggilan khusus merupakan wujud perhatian yang kita berikan kepada kekasih kita. disinilah inti interaksi kita dalam keluarga; perhatian kita yang tulus yang diberikan kepada kekasih kita.

Nama panggilan yang istimewa merupakan tanda kehangatan dalam berinteraksi. ia juga melukiskan hubungan yang akrab, dekat, dan tidak dibalut dengan formalitas dan kekakuan. Rasakanlah Nuansa yang berbeda, dan amatlah dengan seksama respon yang diberikan kekasih kita. Nama panggilan ternyata tidak sebuah sekedar sebutan sebutan. ia menjadi peneguh hubungan-hubungan cinta kita.

Mungkin ia akan terganjal oleh kekakuan dan kesungkanan diawal perjumpaan, ketika kita baru saja memasuki gerbang pernikahan. Seorang Ustadz pernah berinteraksi kepada saya bagaimana ia menghadapi saat-saat awal berinteraksi dengan isterinya. Kaku dan sangat formal. " Pada awal pernikahan kami, saya menyebut isteri saya dengan sebutan 'mbak'. Sahabat saya yang lain mengalami situasi yang tidak jauh berbeda. Setiap kali memanggil isterinya ia selalu menggunakan kata-kata ' ukhti '.

Kita semestinya memberikan inisiatif untuk menciptakan-menciptakan hubungan yang cair dan akrab. sebab interaksi dengan isteri kita tak ubahnya sebuah cermin. Apa yang kita berikan kepada kekasih kita, begitu pulalah ia akan balik merespon.Ketika kita menciptakan situasi formal, maka ia akan cenderung mengikuti pola kita. Namun jika kita memberikan nuansa hubungan yang hangat, mungkin ia malah memberikan yang lebih dari sekadar yang kita berikan.

Rasulullah sering memanggil Aisyah dengan sebutan 'wahai humaaira" Ibnul Atsiir berkata,"Al Humairaa adalah bentuk tashghiir dari kata Al- hamraa yang berarti al-Baidhaa' atau wanita yang putih. Adz Dzahabi, seperti ditulis muhammad Asy- Syarif dalam An-Nabi saw. Ma'a Zaujaatihi, mengatakan bahwa dalam perbendaraan penduduk Hijaz, al-hamraa artinya wanita putih yang kemerah-merahan. dan yang seperti itu jarang terdapat dikalangan mereka. begitulah Rasulullah mewarnai kehidupan keluarganya. beliau ingin memberikan perhatian dan pengistimewaan lebih terhaap Aisyah.

Haji Agus Salim menyebut isterinya Zainatun Nahar, dengan sapaan maatje sayang. terkadang beliau menggunakan kata dinda untuk sapaan akrab kepada isterinya.Bung Tomo menyapa akrab isterinya, Sulistina, dengan Tina sayang atau Dik Tieng. bung Hatta yang dikenal sangat disiplin dan kaku,ternyata memanggil isterinya, Rachmi Rachim, dengan Yuke

Sepotong cerita pernah dituturkan Rosihan Anwar dalam In Memoriam-nya 19 desember 1948. Yogjakarta diduduki belanda melalui jalan agres imiliter. Soekarno Hatta dibuang ke pulau Bangka 11 Januari 1949. Bung Hatta dipuncak kerinduan terhadap isterinya. Saat itulah ia menulis surat kepada isterinya. " Kak Hatta merasa lega menerima surat dari Yuke dan dari semulanya juga sudah yakin kalau Yuke akan sabar dan tahan uji. Tawakal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, itulah kekuatan kita. mudah-mudahan Meutia ( Waktu itu Meutia baru berusia 22 bulan. dan kemarin Meutia duduk dalam kabinet pemerintahan SBY ) telah tenang kembali. Keadaan lingkungan besar pemgaruhnya pada anak kecil sebab itu usahakanlah supaya disekelilingnya tetap ada cahaya gembira yang juga akan menyinari jiwanya."

Begitulah kebutuhan jiwa untuk memperhatikan kekasih. Ia tidak diminta. ia idak selalu diungkapkan melalui kata, tapi jelas ia terbahasakan. sebuah sapaan akrab yang diberikan kepaa sang kekasih menjawab sebagian kebutuhan jiwanya.


Selamat memikirkan sebuah nama istimewa


Dikutip dari buku : Segenggam Rindu Untuk Isteriku
Karangan: Dwi Budiyanto

Jumat, 27 Mei 2011

Hasil VS Proses

Beberapa bulan yang lalu saya pernah mendengar seorang bapak yang menegaskan bahwa kelak menantunya harus seorang sarjana. Syarat seperti itu cukup wajar karena kita pasti memimpikan sesuatu yang lebih. Apalagi di jaman seperti sekarang ini yang segalanya dinilai dari segi hasil dan materi. Karena sudut pandang yang seperti itulah banyak manusia berusaha keras untuk mewujudkan keinginanya dalam bentuk materi atau sesuatu yang mendekatkanya kearah itu misalnya pangkat dan jabatan. Semuanya dilakukan demi meningkatkan strata sosial di lingkungan tempat mereka hidup sehingga lebih dihargai sekitarnya.. untuk mendapatkan sesuatu di masa sekarang ini kadang memang tidak cukup hanya mengandalkan sifat terpuji dan kecerdasan. Tapi uang dan gelar seringkali lebih berkuasa. Sampai-sampai teman SMA saya bercerita bahwa ayahnya mengatakan kalau dia harus menikah dengan seorang PNS atau golongan yang sudah mapan agar hidupnya terjamin. Diakui atau tidak, saat ini kita sedang hidup pada masa dimana uang dan gelar seringkali bisa membeli segalanya, bahkan cinta dan restu calon mertua sekalipun. Maka tidak heran jika banyak manusia yang melakukan apa saja agar ambisinya tercapai. tak peduli dan masa bodoh bagaimanapun caranya. Nasihat yang mengatakan bahwa proses lebih berharga dari pada hasil kini dianggap klise atau tak lebih dari sebuah alasan pelariaan atas sebuah kegagalan. Kita memang sedang hidup di jaman yang tidak lagi menghargai proses.



Timnas Belanda era 70-an telah membuktikan bahwa apapun yang terjadi, proses tetaplah lebih berharga dari pada hasil. Saat itu tepatnya tahun 1974 Timnas Belanda yang di arsiteki Rinus Michels datang Ke Piala Dunia dengan menganut aliran yang tidak lazim yaitu Total Football. Total Football adalah sebuah gaya bermain sepak bola yang mendewakan penyerangan habis-habisan dengan melakukan ball posision semaksimal mungkin. Pertahanan terbaik adalah menyerang menjadi motto mereka. Tak heran saat itu banyak pecinta bola yang terpukau menyaksikan permainan mereka. Gaya sepak bola seperti itu menuntut semua pemain bisa berperan baik di berbagai posisi agar bisa mengurung pertahanan lawanya hingga frustasi. Maka jika anda bermain Play Station dan menggunakan Timnas Belanda klasik pastinya akan menjumpai banyak pemain Belanda yang bisa ditempatkan di berbagai posisi. Lebih-lebih sang kapten Johan Cruyff yang bisa bermain di semua posisi kecuali kiper. Selain menghibur para pecinta bola, total fotbaall ternyata memakan korban tim-tim unggulan. Brazil ditalukkan dengan hasil 2-0, sementara Tim Tango Argentina dibantai dengan skor 4-0. Sayangnya di partai puncak Total Footbal Belanda dapat dipatahkan tuan rumah Jerman barat. Uniknya setelah partai final itu para pecinta bola jarang yang membicarakan hasil melainkan mereka lebih suka memperbincangkan sengitnya pertandingan antara kedua tim. Kekalahan Belanda ternyata telah tertutupi sepenuhnya oleh indahnya permainan yang mereka peragakan.



Johan Cruyff dan kawan-kawan telah mengajarkan kita bahwa proses tetaplah lebih bernilai daripada hasil. meski dari segi raihan gelar piala dunia masih kalah dengan Kick and Rush milik Inggris atau bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Gaya Catenaccio milik Italia, para pecinta bola dunia lebih mengenang Total Fotbaall daripada keduanya mengingat cara bermainya yang lebih menarik dan menghibur. hingga sampai saat ini Timnas Belanda sangat lekat dengan julukan Juara Tanpa Mahkota.

Karana hidup tidak melulu soal hasil. Tapi lebih pada proses yang lebih bernilai. Klise memang, namun begitulah adanya





Uchiha Itachi, Bandung 06-April-2011, 03.00

(insomnia euy)















Catatan : banyak yang memprediksi bahwa factor utama penyebab kegagalan belanda mejuarai Piala Dunia 1974 adalah insiden kolam renang yang menimpa Johan Cruyff mereka juga menganggap kalau kekalahan belanda di partai Final piala Dunia 1978 disebabkan absenya Johan Cruyff dari Timnas belanda saat itu setelah setahun sebelumnya dia dan keluarganya mengalami Insiden penodongan di Barcelona

Salah Menilai

Siang itu keadaan toko tempatku bekerja sangatlah ramai. sampai-sampai aku tak sempat membuka beranda untuk melihat pemberitahuan yang masuk. pembeli datang silih berganti tiada henti. ditengah suasana itu, datanglah seorang ibu paruh baya yang menggendong bayi. ibu itu berdiri kira-kira 5 meter dari tempatku sambil memandangiku. posisi tangan ibu itu sepertinya menunjukkan posisi meminta , tapi berbeda dari kebiasaan yang dilakukan para (maaf) pengemis pakaian yang dikenakanya juga tidak jelek. aku bertanya pada beliau bahwa ada perlu apa. tapi ibu itu tidak menjawab. lalu aku mengulangi pertanyaanku dan ibu itu kembali tidak menjawab dan hanya diam. akhirnya aku menanyakan ke bos ku, mungkin beliau tahu ada perlu apa ibu itu. ternyata bos ku juga tidak tahu. kami akhirnya bertanya ke salah satu pembeli kalau-kalau ibu itu adalah isterinya. karena yang ditanya hanya diam kami akhirnya berpikir kalau ibu itu memang isterinya daripada berpikir kalau beliau adalah seorang (maaf) pengemis


Mungkin saudara-saudara heran melihat sikapku itu. aku melakukan itu karena tak ingin mengulangi pengalaman yang sangat memalukan. beberapa bulan sebelum kejadian ini, ada seorang kakek-kakek yang datang menuju kearahku dengan berjalan pelan-pelan. cara berjalan dan berpakaianya sangat (maaf) mirip pengemis. karena keadaan toko sangat ramai dan aku belum hafal semua barang dagangan yang jumlahnya kurang lebih sepuluh ribu item, aku gugup dan buru-buru mengambil uang koin untuk kukasihkan ke kakek tersebut. waktu aku mengulurkanya, kakek itu malah mengulurkan uang sepuluh ribu dan bilang mau beli sebuah barang (aku lupa namanya). betapa malunya diriku saat itu. aku mencoba menahan sekuat mungkin untuk tidak tertawa. dan setelah kakek itu pergi, aku langsung berlari ke belakang dan tertawa sendiri sepuasnya. bosku juga ikut menertawaiku.

anehnya kejadian seperti itu hampir terulang beberapa bulan kemudian. kali ini bukan seorang kakek-kakek melainkan seorang ibu-ibu. untungnya sebelum aku mengulurkan uang koin ibu itu lebih dulu mengulurkan uangnya. untuk menutupi rasa maluku aku segera memasukkan uang koin yang hendak kukasihkan ke sebuah kotak amal. asal saudara-saudara ketahui, bahwa banyak pengemis yang tiap hari datang ke toko tempatku bekerja.

Kembali ke ibu yang bersama seorang bayi tadi. beliau masih berdiri di depan toko. anehnya, saat salah satu pembeli yang tadi kuanggap sebagai suami ibu itu selesai keperluannya, beliau tidak pulang bersama ibu itu tapi sendirian. tiba-tiba perasaanku langsung tidak enak. aku baru tahu kalau ibu itu sebenarnya bukan isteri pembeli yang tadi. tetapi memang seorang (maaf) pengemis. lalu aku berniat mengambil uang tapi ibu itu terlanjur pergi bessama bayinya sambil memandangiku dengan pandangan yang aneh. hatiku langsung menangis memikirkan ibu itu. mungkin beliau butuh uang untuk membelikan susu buat bayi yang diajaknya. sampai sekarang aku masih ingat jelas bagaimana tatapan mata ibu itu terhadapku.


saudaraku, dalam kehidupan ini mungkin kita sering salah dalam menilai sesuatu. selain berakibat memalukan seperti yang telah saya alami seperti cerita di atas, salah menilai kadang juga memunculkan sebuah kepedihan. menurut saya, yang paling memilukan adalah saat kita menilai bahwa seseorang adalah jodoh kita dan kita memang sangat mengharapkanya, tapi kenyataan yang ada tidak sesuai harapan. banyak yang tidak sanggup menerima kenyataan ketika dihadapkan pada hal tersebut. ada yang bunuh stress, depresi, bahkan sampai bunuh diri. para aktifis islam yang sekilas seperti malaikat di mata masyarakat juga tidak jarang mengalami hal tersebut meski tindakan yang dilakukanya tidak separah orang biasa.

mungkin syair lagunya bang Rhoma yang selama ini saya anggap lebay ada benarnya juga

sejuta siksa sanggup kutahankan
asal jangan cinta yang dipermainkan
sekujur tubuh boleh disakiti
asal jangan cintaku yang dihianati

tak kan kuteteskan butir air mata
kecuali untuk cinta

( Derita diatas derita, Rhoma Irama )

Saudaraku
patah hati bukanlah akhir dari segalanya. mungkin masih banyak yang membutuhkan kita, dari mulai keluarga, tetangga dan teman-teman kita termasuk teman FB. saya kira selain faktor dari diri kita yang mungkin pada dasarnya memang melo, ada juga faktor eksternal yang juga mepengaruhi. apalagi kalau bukan hiburan yang sering kita nikmati, antara lain film, novel, lagu yang kita sukai. semua itu sedikit banyak juga ikut mempengaruhi pola pikir kita. terutama Drama Asia

kita harus dapat menyeleksi mana yang boleh kita tiru dan mana yang harus kita buang. kalau saya biasanya menyerap percakapanya karena film luar biasanya mempunyai percakapan yang jauh lebih bagus dibandingkan film lokal. selain itu kata-katanya juga dapat dijadikan refrensi kalau kita sudah mempunyai pasangan hidup.

Jangan sampai kita meniru kisah Romeo & Juliet yang mengakhiri hidupnya karena cinta sesama makhluk. kita juga jangan meniru Qais yang menjadi gila karena cintanya tidak direrestui ibu Laila (kisah Laila Majnun)

aku selalu terkesan setiap ingat ending film Bodyguard From Beijing meskipun sudah menontonya berulang-ulang kurang lebih sepuluh kali. yang membuatku terkesan adalah ketika Alan ( pemeran pria ) tidak menunjukkan ekspresi kesedihan sedikitpun dan bersikap dingin saat berpisah dengan Michelle ( pemeran wanita ), wanita yang menyatakan cinta padanya. sayangnya ia tak dapat menerima karena prinsipnya. meskipun sebenarnya ia juga mencintainya. Bahkan ia menasehati kekasih michellle agar menyediakan lebih banyak waktu untuk michelle. sebelum mengenalnya, michelle memang sudah punya kekasih pengusaha yang sangat kaya.

Saudaraku
kita pasti sudah faham kalau cinta terhadap lawan jenis sebelum pernikahan adalah cinta yang semu
unuk apa kita agung-agungkan ?

Jika memang ia bukan jodoh kita, berdoalah agar kita diberi Allah jodoh yang lebih baik dari ia, dan ia dipertemukan dengan jodoh yang lebih baik dari kita

Mungkin kita memang belum pantas mendapat yang seperti ia
atau mungkin Allah sudah menyediakan yang lebih baik dari ia

klise memang, namun begitulah adanya